Sabtu, 28 September 2019

Berguru Pada Wanitarior

Cuaca terik. Mobil tua nan dahaga oleh usia. Tak mengiris niat untuk mewujudkan semangat belajar wanita itu "ibun panggilan akrabnya".

mas, pulang ke jepara kapan?
Sabtu 28 september bun. Gimana mau ikut. Sambutku dengan bercanda.
Jawab cepat, iya ini. boleh kan?

tak kalah cepat kujawab, sangat boleh. Aku balik jam setengah satu siang. Mau di jemput atau nunggu di SMA. berasa jadi supir travel saja aku (dalam hati kecil pun tertawa)

Aku coba bertanya ditengah bunyi berisik kaleng tua berharga yang kami naiki.
Sebenarnya mau ketemu siapa to bun? Kok ke Jepara.

Saya hobi menulis mas, jawabnya ringan.
suami saya buta sudah 25 th sejak 5 tahun setelah akad pernikahan kami.
Suami membebaskan saya asal bisa bahagia. Salah satunya saya isi dengan kegiatan menulis ini.

Wow... Mendmpingi suami yang buta 25 tahun. Jawaban yang menampar nuraniku. Sedangkan aku, saudara baru sakit sebentar saja, doaq sudah sangat khusuk supaya tidak lama-lama merawatnya.

Semenjak itu. Aku punya prinsip. Pria harus kuat, pria harus tak kenal lapar dan kantuk. Pria harus kuat meskipun dibalik kulit ini sudah hancur.
Namun selama nyawa belum keluar dari kerongkongan. Maka aku tetap jadi pria dan tetap memimpin.

Hobi menulisq ini bisa saya kembangkan dengan memiliki coach mas lutfi dari kabupaten Jepara, naah untuk meningkatkan kemampuan menulsiku ini. aku berencana silaturahmi dan konsultasi dengan tidak ada batasan jam kelas pendampingan.

kanan Faris, ibun. @kampung bahagia Jepara
kusematkan julukan pada tulisan ini pada ibun sebagai wanitarior. Karena dia adalah wanita. Dan superior dalam menjalani skema garis kehiduapan.